Morotai, Siber Malut- Pangan adalah kebutuhan dasar manusia. Sehingga perlu konsentrasi dan upaya serius menjaga produktifitas dan kesinambungannya. Di masa-masa pandemi ini, Morotai terus produktif. Untuk menjadi konsistensinya, Pemda perlu mendengar masalah-masalah mendasar di tingkat petani sebagai gambambaran untuh guna perbaikan di masa mendatang. jum'at (12/03/2021)
Bupati Morotai, Benny Laos berdialog dengan petani padi sawah di Desa Aha, dan petani hortikultura sayur SP-3 Morotai Selatan. Melalui forum sederhana ini, Bupati mendapati hambatan dan tantangan dalam usaha pertanian. Di Aha, petani menyampaikan kebutuhan area penjemuran dan keluhan soal mesin pengering padi yang tak kunjung diopesionalkan. Serta keterbatasan Rice milling unit (RMU) atau mesin penggilingan.
Forum juga mengungkap berbagai tantangan untuk menggerakkan atau menjaga konsistensi bertani. M-Tani sebagai salah satu stakeholder pendamping tani-padi mengungkapkan, masyarakat yang berprofesi petani belum terlalu fokus. Sehingga beresiko pada kegagalan progam pertanian.
Persoalan serupa juga terjadi pada petani hortikultura sayur. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Morotai menilai, bahwa persoalan hortikultura sayur yang pernah terjadi adalah terkait rencana tanam yang kurang baik. Sehingga terjadi overproduksi pada bulan tertentu dan kelangkaan produksi pada bulan berikutnya.
Dari persoalan di atas, akan dilakukan pengaturan kalender tanam yang konsisten untuk menjaga ketersediaan stok setiap bulannya. Terkait persoalan minimnya pengetahuan petani terhadap budidaya hortikultura, akan dilakukan intensifikasi pendampingan.
Saat ini Pemda Morotai bekerja sama dengan M-Tani, dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk pendampingan pertanian sawah, serta Panah Merah untuk hortikultura. Di internal ada tenaga fungsional penyuluh di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Morotai.
Kepada Petani, Bupati menyampaikan bahwa akan segera dilakukan pembangunan tempat pengeringan padi di tahun ini, serta medorong BUMDES Bersama untuk prioritas operasionalisasi alat pengering padi bagi desa yang lebih membutuhkan.
Benny Laos juga memotivasi para petani agar keluar dari tradisi bertani subsisten atau menanam hanya untuk makan. Namun ia menyarankan bertani untuk usaha. Terkait permodalan, Morotai telah menggandeng bank BUMN untuk mempermudah Kredit Usaha Rakyat (KUR) pertanian.
“Saya ingin petani kaya. Bukan petani (menanam) untuk makan (sendiri)... butuh modal, ada KUR” kata Bupati. Untuk menjaga ritme usaha pertanian agar berjalan produktif maka akan dilakukan perjanjian kerja sama (MoU) antara Pemda Morotai dan Petani/ Kelompok tani sebelum memulai program usaha pertanian.
Untuk diketahui, total nilai panen hortikultura tomat, cabe keriting, cabe rawit, kubis, terong, melon, pare, kangkung, dan sawi pada tahun lalu per Juni-Desember 2020 mencapai 760 juta rupiah. Nilai ini tersebar di desa-desa lokasi penanaman hortikultura di antaranya: Morodadi, Totodoku, Wawama, Sambiki, Sangowo, Sangowo Timur, Gosoma Maluku, Mira, Rahmat dan SP1, SP3 dan SP4.
Bupati sangat menginginkan warga lokal semangat bertani agar memutus ketergantungan pangan dengan daerah luar. “Jika kalian (petani) konsisten, saya akan kunci pintu masuk (pangan) dari luar”. Dengan demikian, pertanian Morotai akan mandiri dan maju. (Mg/03)
0 Komentar